Cari Blog Ini

Senin, 22 Juni 2015

Remaja Puri Bojong Lestari Pimpin Unjuk Rasa Jalan Rusak

THE BANTEN REVIEW, Senin (22/6) - Jalan raya yang menghubungkan Bojonggede – Citayam, tepatnya di daerah Kincir, Bambu Kuning rusak parah. Sudah tiga tahun kerusakan jalan ini didiamkan saja oleh pemerintah. Kini warga mulai menumpahkan kekesalannya dengan melakukan demonstrasi sebisanya.

Jalanan rusak lebih dari tiga tahun. "Pemerintah ke mana?"
Remaja Puri Bojong Lestari RW 14 Desa Pabuaran Bojonggede tergerak untuk mengingatkan pemerintah terkait kerusakan jalan yang semakin parah. Mereka berbondong-bondong dari rumahnya menuju lokasi kerusakan. Dengan membawa spanduk mereka meneriakkan yel-yel, "Mana Pemerintah?, Mana Presiden?" Aksi anak muda ini kemudian diikuti oleh kelompok masyarakat lainnya.


Puluhan spanduk terpasang di sisi kiri dan kanan jalan lengkap dengan sumpah serapahnya. Bahkan, ada pohon pisang yang ditanam di jalanan. Ini menunjukkan betapa geramnya masyarakat atas sikap pemerintah yang acuh terhadap kondisi infrastruktur. 

Beberapa sumpah serapah yang sempat terbaca oleh Tim Banten Review antara lain: Pemerintah ke mana? Berapa lagi duit rakyat akan dimakan? Apakah ini akibat dari korupsi? Apakah pemerintah buta? Sampai kapan kondisi ini akan didiamkan? Apakah menunggu korban jatuh lebih banyak lagi? 

Dari pantauan Banten Review di lokasi kerusakan, puluhan korban berjatuhan setiap saat. Mobil terperosok ke parit menjadi pemandangan yang sangat biasa. Sepeda motor yang mogok di tengah jalan juga hal biasa. Angkot yang melintang di tengah jalan, terjadi hampir setiap jam. Hanya orang melahirkan di jalan saja yang belum terlihat di sana.

Posisi jalan yang berada lebih rendah dari sungai mengakibatkan air menggenangi seluruh permukaan jalan. Hampir setiap hari korban jatuh silih berganti, baik pejalan kaki, pesepeda, pemotor, angkot, maupun pengendara mobil. Lubang menganga sedalam hampir mencapai 75 cm.  Pelintas jalan saling berebut cepat dan tak mau mengalah mengakibatkan  perkelahian setiap saat.
Pohon pisang sengaja ditanam di jalanan.
Triyono seorang sopir angkot 05 bibirnya berdarah karena ditonjok pengendara mobil offroad. Musababnya, mobil Triyono tiba-tiba mogok karena busi terendam air. Di belakang Triyono ada pemuda berbadan kekar yang tidak suka dengan kemacetan di jalur itu. Tanpa banyak komentar pemuda itu langsung menonjok Triyono. Kejadian ini terjadi pada Minggu sore, (13/6).

Ada pula pengendara motor yang adu mulut dengan sopir truk, karena motornya terserempet bak truk. Kejadian lebih parah, ada seorang ibu yang sedang membonceng anaknya, tiba-tiba  jatuh di genangan air karena tidak tahu di dalam air ada lubang besar. Ibu yang tengah mengandung 5 bulan itu ditolong ramai-ramai oleh warga sekitar. 

Pada malam hari, risiko kecelakaan meningkat. Seorang pengguna jalan, Nunik  Sapitri, menuturkan, peluang kecelakaan di daerah tersebut meningkat saat malam hari atau ketika hujan turun. Sebab, lubang-lubang jalan tertutup genangan air sehingga tidak terlihat dan membahayakan para pengemudi.

Kerusakan diperparah lantaran truk-truk bermuatan lebih, sering melintasi jalanan tersebut. Akibatnya, jalan menjadi lebih cepat rusak. "Kita berharap pemkab dapat memperbaiki jalan ini secara baik dan permanen agar tidak rusak kembali, dan mobilitas menjadi lancar," tuturnya.
Sudah ribuan orang mengeluhkan kondisi kerusakan yang sudah berjalan lebih dari tiga tahun ini. Namun, tak ada respons sama sekali dari pemerintah.  Entah apa yang menyebabkan pemerintah daerah tutup mata, apakah lantaran mantan bupatinya yang mendekam di penjara atau penggantinya yang lelet mengambil tindakan.

Kekesalan warga sudah tak tertahankan lagi. Sumpah serapah disampaikan kepada pemerintah yang seakan-akan buta melihat kondisi itu. Seperti halnya yang diungkapkan Toni supir angkot D 05. ”Pemerintah Kabupaten Bogor buta kali ya, sudah hampir 5 tahun jalan ini rusak, kok tidak ada usaha perbaikan,” katanya kesal.

Abdul Tholib, warga Desa Pabuaran menumpahkan kekesalannya kepada Primus Yustisio, wakil rakyat yang mewakili daerahnya. “Pak Primus Cuma mulutnya doang manis, katanya mau memperhatikan daerah pemilihannya, nyatanya nol besar,” katanya.

Macet bisa sampai dua jam.
Seperti kita ketahui, Primus menduduki kursi DPR RI berasal dari daerah pemilihan Kabupaten Bogor. Saat musim kampanye tahun lalu, ia datang ke Desa Pabuaran mengobral janji akan memperhatikan pembangunan wilayah Pabuaran. Tapi janji itu tak pernah ditepati.

Joko Sukmono (45 tahun) mengatakan jalanan tersebut sebetulnya diperbaiki tahun lalu bersamaan dengan ruas Cilebut ke Bojonggede. Dalam papan informasi disebutkan bahwa jalanan akan dicor dari Cilebut hingga Citayam, nyatanya hanya sampai Bambu Kuning. Sisanya tidak dilanjutkan. “Ini harus diusut tuntas,” katanya berapi-api.  (SWS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar